RYLAKSSS 5 PICK UP



1.      #Radiohead – Everything In Its Right Place (KID A, 2000)
Salah satu lagu terbaik dalam sejarah Radiohead. Selain berani keluar dari zona amannya, yaitu alternative rock. Radiohead mencoba memilih memainkan musik IDM yang notabene jauh dari akar musik rock. Bukan Radiohead namanya jika tidak melakukannya dengan sempurna, bahkan menurut saya, album Kid A ini merupakan karya terbaiknya. Bayangkan saja, album ini lahir di pertengahan tahun millenium dan Thom Yorke cs sudah berani membicarakan tentang kloningan manusia. Oh, ya di kolektif rilisan EMI ini, Radiohead banyak menggunakan instrumen Moog synthesizer dan meminimalisir instrumen konvensional.

2.      Nine Inch nails – Meet Your Master (Year Zero, 2007)
Dari awal saya menyukai Nine Inch Nails karena mereka memainkan musik rock (industrial rock), namun minim instrumen yang berbau rock, justru malah didominasi dengan suara-suara indrustri. Lagu “Meet Your Master” ini dipilih karena saya sendiri memiliki CDnya (Year Zero, 2007) dan beberapa kejutan saya dapatkan dari album ini. Diantaranya  file master Logic Pro dan Ableton, sehingga saya mengetahui beberapa contekan tentang ‘bagaimana menciptakan sound kotor ala Nine Inch nails.’ Hehehe.

3.      These New Puritans – We Want War (Hidden, 2010)
Mendengarkan lagu ini seolah membawa saya ke dunia peperangan ksatria berkuda, lengkap beserta baju besinya. Jika kamu berpikir art rock hanya berkembang di tahun 1960an, maka kamu harus mendengarkan These New Puritans yang lahir di era 2000an. Kuartet asal Inggris ini dibentuk sebagai perpaduan art rock dengan post-punk revival dengan lirik-lirik yang berbau konspirasi, salah satunya adalah “We Want War,” yang membahas mengenai holy grail. Karya mereka banyak mencerminkan suara kemegahan brass section, choir dan orkestra yang menjadikannya salah satu lagu yang gelap nan mencekam dan mempunyai nilai historis tersendiri.

4.      Phil Collins – Both Sides Of The Story (Both Sides, 1993)
Mulai mengenal Phil Collins sewaktu saya SD karena dikenalkan oleh sang Ayah. Setiap pagi sebelum mengantar saya ke sekolah, beliau sering menyetel lagu-lagunya sambil nyanyi gak karuan. Lama-kelamaan saya menjadi ketularan dan mulai curi-curi waktu nyetel kaset tape-nya sepulang sekolah. Kesukaan saya terhadap jebolan Genesis itu masih bertahan hingga kini, meski kini pria berusia 62 tahun tersebut sudah pensiun dari dunia musik.

5.      Near The Parenthesis – Lambent Traces Of The Day (Music For Forest Concourse, 2010)
Piano adalah salah satu elemen yang saya sukai dari proyek solo milik Tim Arndt ini. Near The Parenthesis sendiri bermain di koridor ambient dan neo-classical dengan flow yang turun-naik, serta tak jarang menyisipkan soundscape yang terkesan tak dibuat-buat. Lagu ini selalu menemani saya untuk pergi-pulang kerja. Ketika saya harus berkendara menghadapi terik panas matahari dan kemacetan lalu lintas kota Bandung yang tak pernah habis.



About author:

Dean Genial Iqbal
@deyyon
Seorang Alumnus Sastra Inggris Unpad. Saat ini memiliki kesibukan sebagai staff editor Uncluster. Selain kesibukannya sebagai staff editor Uncluster dan penerjemah paruh waktu. Penulis juga merupakan frontman dari band electro ambient, Slylab. 

No comments:

Post a Comment